 |
Ketua LTM PBNU H Mansyur Syaerozi |
Bogor Jabar,
Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU) meggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada Rabu-Kamis, 28-29 September 2022 di Wisma Tugu Kementerian Agama, Bogor, Jawa Barat.
Ketua Panitia Pelaksana Rakernas LTM PBNU Wahyudin mengatakan kegiatan ini diikuti 16 LTM NU tingkat wilayah dan 93 pengurus LTM NU tingkat cabang. Selain itu, hadir juga peninjau dari 28 Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dan 58 dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se-Indonesia, sehingga total peserta 190 orang.
Rakernas LTM PBNU diharapkan bisa menghasilkan hal-hal terbaik sesuai dengan tujuan menguatkan kembali semangat dan tujuan didirikannya Lembaga Takmir Masjid NU bagi jamiyah NU.
Selain itu, kata Wahyudin, melalui Rakernas dapat terselenggara koordinasi, konsolidasi program kerja Lembaga Takmir Masjid NU sinergis dan kolaboratif, mulai pusat sampai ranting bahkan anak-anak ranting, juga muncul gagasan-gagasan baru, isu-isu baru bagaimana masjid NU menghadapi kondisi hari ini ke depan dan tantangan selanjutnya.
Sejahterakan Indonesia
Ketua LTM PBNU H Mansyur Syaerozi menceritakan saat dirinya diangkat sebagai Ketua LTM PBNU masa khidmah 2015-2020, ia sowan kepada seorang kiai untuk meminta nasihat. Kiai tersebut justru mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya mengenai definisi masjid. H Mansyur menjawab bahwa masjid adalah tempat bersujud. Namun sang kiai meminta dirinya bertanya kepada yang punya masjid, yaitu Allah swt.
Dari situ, H Mansyur memahami definisi masjid menurut Allah seperti yang terdapat dalam hadits qudsi berikut: “Sesungguhnya rumah-rumah-Ku di bumi adalah masjid-masjid. Siapa yang mendatangi masjid dia saya catat sebagai orang yang memakmurkan rumah-Ku. Beruntunglah orang yang bersuci di rumahnya (mandi dan ambil wudhu di rumahnya), kemudian menemui-Ku di rumah-Ku. Hak-Ku adalah memuliakan orang yang datang ke rumah-Ku,” katanya.
“Datang saja dimuliakan. Apalagi yang mengurusi masjid. Maka itulah yang menjadi pegangan saya sebagai Ketua LTM sehingga mengurus masjid,” ujarnya.
Pertanyaan kedua dari sang kiai, lanjut H Mansyur, mengenai apa yang diperintahkan oleh Yang punya rumah kepada manusia. “Perintah kepada kita adalah memakmurkannya,” lanjut H Mansur.
Ia menyebutkan di dalam Al-Qur’an, ada dua perintah memakmurkan yaitu memakmurkan masjid dan memakmurkan bumi. “Dialah Allah yang menciptakan kalian dari tanah dan menuntut kalian untuk memakmurkannya. Maka motto LTM PBNU adalah dari rumah-Nya, kita makmurkan bumi-Nya. Dari rumah-Nya kita makmurkan Indonesia,” seru H Mansur.
Ia memberikan contoh jika ada sejuta masjid yang setiap masjidnya ada 50 jamaah, maka ada 50 juta jamaah yang dimakmurkan. Jika ada 50 juta jamaah yang dimakmurkan, maka berarti memakmurkan Indonesia. Sementara itu,
Kedudukan Istimewa
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Fahrur Rozi menegaskan pengurus Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTM NU) memiliki kedudukan istimewa. Pasalnya para pengurus LTM mengurusi rumah Allah swt yaitu masjid.
Gus Fahrur, sapaan akrabnya, menceritakan kisah Rasulullah Muhammad saw yang mempunyai seorang tukang bersih-bersih masjid bernama Ummu Mihjan. Suatu malam, Ummu Mihjan meninggal dunia, lalu jenazahnya dishalatkan dan dikuburkan.
Para sahabat tidak ada yang memberi tahu Rasulullah. Paginya, Rasul bertanya, “Ke mana Ummu Mihjan? Kemana tukang bersih-bersih masjid saya?”
Sahabat menceritakan bahwa Umu Mihjan telah meninggal dunia dan telah dimakamkan. Rasul lalu menegur mereka mengapa tidak ada yang memberi tahu? Rasul lalu mendatangi makam Ummu Mihjan dan melakukan shalat jenazah.
“Itulah keistimewaan tukang bersih-bersih masjid sampai mendatangi kuburannya dan menshalatkan,” imbuhnya.
Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur 1 Bululawang, Malang, Jawa Timur itu menyebutkan hadits lainnya yang diriwayatkan Tirmidzi berikut. “Apabila engkau melihat seorang Muslim aktif ke masjid, maka saksikanlah itu adalah orang yang beriman.”
Sebab, lanjutnya, satu dari tujuh kelompok yang kelak diberi keistimewaan di hari kiamat adalah orang yang hatinya selalu terkait dengan masjid, mencintai masjid.
Gus Fahrur mengaku bangga dan memberikan dukungan dengan kegiatan Rakernas tersebut karena menjadi bukti keseriusan para takmir masjid dalam mengurusi masjid-masjid. Pihaknya juga mengingatkan agar para pengurus LTM NU menjaga kekhasan dan identitas masjid-masjid NU. Misalnya dengan tetap menyediakan bedug atau membubuhi tulisan ‘Masjid NU’. Jangan sampai masjid NU lepas ke tangan pihak di luar NU.
Pembukaan Rakernas ditandai dengan pemukulan bedug oleh Gus Fahrur. Rakernas diisi dengan seminar Nasional bertema Optimalisasi Masjid sebagai Pusat Kebangkitan Ekonomi Umat Pascapandemi; Sosialisasi Program LTM PBNU 2022-2027 dan sidang-sidang komisi. (D’blng)